Kamis, 10 November 2011

SYIAR ISLAM DALAM PERBAIKAN PARADIGMA KEHIDUPAN


Pengamatan secara keseluruhan tentang eksistensi jajaran petinggi negeri, seolah sengaja atau tidak sengaja meredupkan visi misinya demi kemaslahatan rakyat. Loyalitas, serta solidaritas dalam kegiatan yang “di boleh-bolehkan” oleh setiap kelompok masyarakat, terutama kalangan pemuda, menjadi sebuah acuan dan junjungan dalam mencapai keberhasilan duniawi. Dilain hal, begitu besarnya rasa paranoid umat Islam sendiri, yang membatasi diri dengan pengkajian akademik dan ilmiah benuansa Islami. Fakta yang sangat kontras dan begitu signifikan, jika dibandingkan dengan kondisi Islam pada zaman NabiAllah Muhammad  SAW. Sangat banyak yang mengetahui, bahkan mengerti solusi menghadapi masalah seperti diatas, tetapi dengan berbagai macam variasi alasan penundaan, sehingga tertundalah kita dalam mencapai ridha Allah SWT. Menyebarkan sebuah kebesaran, kemuliaan dan keagungan berlandaskan kecintaan kepada sang maha Pencipta, disebut syiar Islam, yang kemudian menyusuri dan seharusnya dijadikan landasan dalam setiap tatanan kehidupan perpolitikan, sosial dan berbudaya ditengah arus globalisasi.
Fenomena jauhnya kondisi umat Muslim saat ini karena terjangkitnya penyakit “Al-wahn”  yaitu suatu penyakit yang cinta dunia dan takut mati, padahal orientasi sesungguhnya dalam kehidupan ini adalah murni untuk sebuah kematian yang Allah ridhai. Dalam artian kita hidup untuk menghidupkan sebuah kehidupan dan hidup untuk bisa bermanfaat bagi insan lainnya. Gejala penyakit tersebut berdampak pada tatanan kehidupan setiap individu  Muslim. Baik dari segi sosial, keuangan, dan keluarga. Terutama dari segi spiritual, yang menjadi otak atau bahkan penunjuk dari segala landasan kegiatan kita. Jika sebuah alat penunjuk arah sudah mulai menunjukkan kerusakan, maka jalan yang ditunjukkan pun akan salah. Begitupun hati nurani, sebagai tempat pemrosesan sebuah niat sehingga di stimulasikan ke otak, kemudian jadilah sebuah tindakan sesuai dengan kehendak pemroses, yaitu hati. Jika hati sudah mulai goyah, maka tindakan yang kita lakukanpun akan goyah pula.
Kondisi yang mengenaskan saat ini, diperparah dengan jauhnya umat Muslim terhadap perintah-perintah Allah, yang dikirimkan menjadi kumpulan-kumpulan surat cinta yang selalu diabaikan, dan bahkan diragukan, yaitu Al-Qur’an , serta Hadits Rasulullah SAW.  Dalam pandangan kacamata sosial, pengaruhnya sangat besar dari media dan teknologi yang secara tidak langsung telah memecah umat Islam, dalam berbagai aspek kehidupan. Selain jauhnya umat Muslim terhadap Qur’anulkarim, juga permasalahan-permasalahan lainnya dalam berdakwah, masalah dalam menghadapi permutadan, serta masalah terhadap sesama Muslim yang kurang perduli terhadap saudaranya, atau dengan kata lain ukhuwah Islamiayah yang belum erat.
Siapa Penyebab semua ini? Kapan terjadinya maslah ini? Mengapa terjadinya masalah ini? Apa kaitannya dengan media dan Teknologi? Dan, bagaimana peran syiar didalamnya?. Penyebab semua ini adalah kita sendiri, ya pelakunya adalah diri Muslim sendiri. Sikap Islamophobia yang kita tanamkan dalam sanubari. Memandang Islam dengan pandangan yang negatif, ajaran yang monolitik, statis, tertutup pada perubahan. Islam dianggap agama yang tidak bernorma, irasional, prokekerasan, ketidakadilan, dan segala kejelekan lainnya. Secara tidak langsung, pandangan non-Muslim terhadap hal-hal tersebut menjadikan Islam merupakan salah satu asas perpolitikan anti-Barat.
Berawal mula dari perang salib yang berlangsung sangat lama, sehingga golongan non-Islam mengetahui bahwa Al-qur’an adalah pedoman hidup para Muslim, maka dari itu mereka gencar dalam menghancurkan dan menjatuhkan umat Muslim. Merupakan hal biasa, jika seorang Muslim meninggalakan kewajiban hanya untuk sesuatu yang tidak jelas, menghabiskan harta untuk yang selain mahramnya atau menghabiskan waktu untuk melakukan hal yang tidak berguna, mengklaim bahwa menyusuri dunia maya merupakan hal yang praktis, menciptakan paradigma-paradigma liberalis dengan segudang alasan yang menguatkan pilihan mereka , dan segala macam hedonisme yang dikaitkan dengan kemaslahatan kesejahteraan kedepan.
Bagi para pemerhati perkembangan Islam, ini merupakan tugas yang sangat berat, dan sangat susah. Mensyiarkan pondasi-pondasi Islam yang telah rapuh, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bukan berarti kerena sebagian besar rakyat Indonesia adalah seorang Muslim, serta dengan mudahnya kita mengompakkan satu suara, menyeruakkan kalimat takbir, tahmid, dan tahlil. Solusi yang paling efektif adalah, bercermin dahulu pada diri kita sendiri, sudahkah kita memperbaiki alat sistem pemroses kebaikan dan keburukan dalam diri kita? Bagaimana cara yang efektif? Mungkin dengan membiasakan diri dengan Allah sang Maha Pemberi Petunjuk, dengan cara mengkaji Al-qur’an sedikit demi sedikit, kemudian di amalkan dalam diri sendiri, lalu kemudian dapat di sampaikan dan diamalkan kepada orang lain.
Memulai membiasakan diri terhadap suatu kebaikan memang terasa sangat sulit, apalagi hal tersebut diperuntukkan untuk mengajak saudara kita yang lain menuju kebaikan.  Sangat tidak mungkin kita secara langsung mengeluarkan pendapat-pendapat dan dalil-dalil kepada saudara seiman yang belum tahu apapun. Sebagai contoh, menyampaikan nilai hakikat pacaran dalam Islam, tidak serta merta kita melarangnya dengan tegas, melainkan memasuki sistem perasaannya, kemudian menunjukkan secara perlahan ada cinta yang lebih indah dibandingkan dengan cinta yang tidak Allah ridhai.
Kadangkala, yang mengetahui lebih banyak pengetahuan tentang dunia Islam, hanya berkelompok dengan golongannya saja. Secara tidak sadar, pencitraan liberalis yang notabene mengabaikan tindakan saudara-saudarinya, merasuki beberapa golongan Muslim yang membatasi diri mereka untuk jarang berinteraksi dengan Muslim lainnya. Padahal mereka mengerti tentang semua itu, tetapi mereka tidak mau berbagi. Atau bahakan mereka pernah mencoba, tetapi tidak efektif , dan kemudian tekad untuk meluruskan ajaran Islam surut lagi. Sampai menjadi sebuah trend candaan dikalangan pemuda sekarang “golongan yang tidak berpacaran”, atau “golongan yang tidak berjabat tangan”. Kemudian, haruskan ke-2 julukan golongan itu harus berhenti sampai disitu saja? Tentu saja tidak, inilah titik dimana sebuah ujian dimulai. Jika dikoreksi kembali, saat-saat dimana kekuatan dan keikhlasan seorang hamba Allah itu diuji, ketika seorang hamba Allah itu, berada dalam keadaan yang sempit, dan benar-benar dalam keadaan dimana dia harus meminta kepada Allah. Menunjukkan sikap optimis sebaik-baiknya akan membuat orang lain terbawa, merasa bahwa ada sebuah jalan menuju kebaikan.
Tentu dengan koreksi niat, bukan karena eksistensi semata. Semakin susah keadaan sekarang semakin Allah ingin melihat keseriusan kita dalam membina dan memperjuangkan Agama yang paling benar di muka bumi ini. Seorang Muslim haruslah kreatif dalam menyebarkan, dan menanamkan syiar secara langsung dan berkesinambungan. Memasuki sistem yang bisa menghandle atau mencakup secara keseluruhan aktifitas suatu kelompok masyarakat.
Islam tidak hanya mencakup aspek sosial masyarakat untuk menebarkan benih-benih syiar dengan berbagai macam caranya. Dalam perpolitikanpun bisa bahkan harus menjadi sebuah landasan menentukan setiap kegiatan agar adanya keselarasan antara amanah ketatanegaraan sekaligus menjadi sebuah acuan ibadah, karena berasaskan Islam. Bukan berarti harus melakukan Bai’at, atau mengadakan piagam “Indonesia” agar dapat lebih mengIslamkan rakyat Indonesia. Sesuai dengan kondisi sekarang saja, memasuki sistem-sistem yang terfokus pada rakyat, kemudian dapat mengamalkan syiar Islam tersebut.Islam tidak menuntut setiap penganutnya harus menjadi seorang pemimpin, tetapi wajib menjadi orang yang berpengaruh dalam setiap amalnya, untuk mensyiarkan sistematiaka persendian suatu lembaga atau perpolitikan.  MengIslamkan rakyatlah terlebih dahulu kemudian mengIslamkan negara. Minimal, hasil yang diperoleh adalah masing-masing mengetahui panduan hidupnya kelak diakhirat, yaitu Al-qur’an.
Pemuda adalah agen yang sangat berpengaruh pada perkembangan ekonomi maupun perpolitikan di suatu negara.”Tidak usah mengurus urusan negara, biarlah yang korup masuk neraka”, pernyataan yang tidak asing lagi para mahasiswa yang apatis terhadap kemerosotan iman, yang merambah pada kegagalan duniawi.  Majunya suatu negara dapat dilihat dari produktivitas pemudanya. “Berikan aku 10 pemuda, maka 10 pemuda itu yang akan mengguncang dunia” kutipan bung karno saat itu adalah doa yang harus direalisasikan bagi para pemuda. Guncangan yang dilakukan tidak akan pernah dahsyat jika hanya 10 pemuda saja yang mengguncang dunia beserta sendi-sendinya, melainkan dengan saling mengajarkan ilmu, dan dengan tatanan syariat Islam sebagai landasan kehidupan, insyaAllah doa Bung Karno menjadi sebuah kenyataan.
Menjadikan sebuah bibit-bibit pemuda yang berasaskan Islam, baik yang Islam maupun non-Islam sebenarnya sangatlah sederhana. Pada era globalisasi saat ini, memanfaatkan kegiatan yang sedang trend saat ini. Pendekatan melalui pendekatan secara psikologi, ini merupakan yang paling bergengsi, yang sebenarnya penyelesaiannya semua sudah terangkum dalam kitab suci Al-qur’an, dengan segala macam terapan ilmu yang terdapat didalamnya. Menerapkan prinsip-prinsip sederhana dalam Islam, seperti Tidak mudah menyerah, membangun pondasi integritas, mempositifkan pikiran kepada Allah, mengenal karakteristik diri sendiri, dan segala macam ilmu perbaikan yang ada dalam Al-qur’an.
 Cara ini ternyata memang cukup efektif, daerah yang menggunakan metode ini berhasil mencetak keluran-keluaran yang bisa diharapkan. Mempunyai tujuan yang jelas ketika keluarnya. Dengan memotivasi setiap pesrta dapat menjadi pemimpin yang baik, mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan. Kitab apa saja yang menjelaskan penjelasan kondisi-kondisi psikologi dengan jelas selain Al-qur’an? Ya, tentu saja tidak ada. Al-qur’an merupakan dasar teori, sumber ilmu dari segala ilmu, dan penerapannya. Secara tidak langsung mereka, para peserta memiliki landasan Islami, yang mengokohkan diri mereka dalam mehadapi sesuatu yang sulit. Pencitraan yang baik, memang melalui sarana komunikasi kepada calon-calon pemimpin masa depan. Sehingga disiplin ilmunya dapat diterapkan dengan menyampaikan kebaikan yang sama yang telah diperoleh.
Syiar merupakan salah satu bentuk jihad, yang merupakan cara berjuang kita menegakkan agama Allah. Banyak cara kita menyampaikan syiar Islam. Dalam berpolitik, misalanya dalam sebuah forum ketata negaraan, dengan memperbaiki semua sistem yang tidak berasaskan Islam. Dalam disiplin sosial misalnya, dengan berdakwah dengan trend masa sekarang, berbisnis, bersosialisasi, untuk mengalihkan dunia para perinteraksi sosial terarah ke jalan yang benar, serta dalam disiplin ilmiah, yang melakukan pendekatan syiar dengan pendekatann psikologis.
Suatu rancangan keberhasilan umat tidak akan pernah berjalan dengan mulus, jika yang mengoperasikan rancangan tersebut tidak ada atau patah semangat. Allah sangat menyukai orang-orang yang berusaha dan sangat menghargai sebuah peroses.  Tidak akan menjadi suatu panutan jika yang memberi panutan sudah kalah di tengah jalan. Ingat! Allah maha baik, bahakan terlalu baik. Allah merupakan zat yang maha Pengasih, dan Pemurah, Dia mengetahui kita mengeluh, maka nikmat itu akan diambil-Nya, bukan berarti Allah pelit, melainkan Ia tak mau melihat kita keteteran dengan semua yang ia bebankan pada kita.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah “ sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika mau mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS. Al-Baqoroh ayat 120)
 Sekarang, pertanyaanya adalah, apakah kita pantas mengeluh untuk memperjuangkan agama Allah? Banggakah kita, ketika ilmu itu hanya kita saja yang mengetahuainya? Banggakah kita melihat kondisi saudara dan negara kita di permainkan bagaikan pioner-pioner non-Islam? Masihkah anda berpikir dua kali setelah membaca tulisan ini? Jawabannya bisa di tanyakan pada diri kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ngutip ^^

Kisah Sahabat