“Berikan
aku 10 Pemuda, maka 10 pemuda tersebut cukup untuk mengguncang dunia”...“Masa
depan suatu negara 20 tahun kedepan
ditentukan oleh kondisi pemudanya saat ini”...” Merdeka atau Mati...”
Kaliamat-kalimat tidak asing yang selalu hinggap dibenak kita, salah
satunya merupakan cuplikan pidato Bung Tomo yang kerap kali diucapkan oleh
motivator bahkan guru-guru yang ada di Indonesia ketika membangkitkan euforia
patriotisme kepahlawanan. 10 November,
tanggal yang sangat dejavu di telinga kalangan masyarakat Indonesia. Tanggal
tersebut memiliki makna yang sangat luar biasa bagi bangsa ini, yaitu hari
dimana para pahlawan Indonesia terdahulu tertatih dan letih memperjuangkan Negara kita tercinta
dengan gigih. Kisah-kisah heroikpun menjadi salah satu solusi rangkuman seluruh
cerita tentang kepahlawanan negeri ini.
Tidak heran jika, Indonesia memiliki pemuda yang memiliki jiwa-jiwa kepahlawan,
untuk memperjuangkan hak-haknya saat ini. Hak-hak yang bangkit dari idealisme
seorang pemuda, yang tidak ingin di bantah, dan tidak suka dikekang.
Apakah
semua pemuda Indonesia sadar tentang beban yang tersemat pada tanggal keramat 10 November tersebut?
Mengapa pemuda dahulu tidak sama dengan pemuda sekarang? Siapa yang disalahkan?
Pemerintah? Jika Pemuda yang salah, apakah mereka sadar akan tulisan ini, atau
jika pemerintah yang salah dalam mengurus “pemuda” , apakah tulisan ini perlu
dikirimkan kepada para petinggi-petinggi negara kita? Mengingat masa lalu tentang sejarah kepahlawanan penuh
dengan kesusahan dan ketidaknyamanan. Mulai dari keadaan Pemerintah, masyarakat
sekitar, kondisi Alam dan geografis, bahkan masyarakatnya. Dahulu, Negara ini
tidak se-“digital” sekarang, semua serba “Analog”, dulu negara kita diperintah-perintah oleh
negara-negara bertuhan yang tidak jelas,
tetapi pemuda-pemuda dulu pemberani, punya
integritas yang tinggi sampai memberikan kontribusi nyata untuk saat ini. Kontribusi yang
diberikan adalah saat dimana kita tidak perlu mengerahkan tenaga hingga
pembuluh vena terlihat diantara batang leher.
Kejenuhan
yang melanda setiap orang yang membaca, atau mendengar tentang realita pemuda saat
ini. Meneriakkan ketidak sinkronan pemuda dengan tanggung jawab- tanggung jawab
yang seharusnya di konkritkan. Tidak akan mampu bahkan sangat tidak mungkin
untuk membangkitkan rasa patriotisme
jiwa kepahlawanan yang terdahulu dan saat ini.
Umumnya
Pemuda di Indonesia sekarang, menyukai segala sesuatu yang praktis, tidak suka
di kritik tetapi lebih banyak apatis, menggembar gembor keoptimisan yang
membuat diri pesimis. mengeksistensikan ideologi yang sangat jauh dari
poin-poin kepahlawanan. Tidak semua pemuda, apalagi dikalangan pelajar mau
bersusah-susah memacetkan jalan dengan berteriak dan menunjukkan keeksistensiannya terhadap sesuatu
yang diaspirasikan. Di antara yang berteriak pun ada juga yang hanya sekedar
berteriak membuang-buang tenaga. Lalu Pemuda
harus bagaimana? Aktif? Optimis?
Semua
benar adanya. Setiap pemuda memiliki persepsi tersendiri tentang bagaimana cara
berkontribusi untuk negri ini dengan caranya sendiri. Ada dua jenis pengabdian
yang dilakukan oleh para pemuda saat ini, kalau tidak eksis di depan umum, ya..
di belakang layar. Kondisi saat ini cenderung kepada pemuda yang eksis di depan
umum. Tentu saja tidak salah. Pemuda sebagai alat komunikasi serta perantara
dari pemerintah kepada rakyat. Banyak dari kita mencemooh kegiatan yang
mengeksiskan diri di depan umum, padahal sebagian dari kitapun tidak sadar
bahwa karena kegiatan mengeksiskan diri
itulah, lembaga yang disindir mulai
bergerak menuju perubahan lebih baik.
Dari
segelumit permasalahan yang dialami, merujuk pada sebuah pertanyaan yang
menjadi sebuah ambang kesimpulan untuk menyelesaikan persoalan pelik negeri
ini. Mungkinkah Pemuda Indonesia Menjadi seorang Pahlawan? Mendengar atau membaca kata pemuda saja, mungkin dalam benak
masing-masing mengungkapkan tentang keanarkisan , generasi yang masa bodoh,
orang-orang yang merasa dihargai, segerombolan orang yang aktif dan apatis,
cenderung saling menjelekkan dan pemikiran yang paling luar biasa adalah sebagai barometer kemajuan bangsa. Sebenarnya
banyak sekali solusi yang sudah tersedia dan tinggal dijalankan saja. Salah satunya,
seperti yang diungkapkan Menpora Andi Mallarangeng , mengatakan bahwa pemuda
saat ini harus menguasai tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa asing
minimal 1, dan bahasa daerah, syukur-syukur pemuda yang bersekolah, bagaiman
nasib yang tidak mengecap lembaga pendidikan sebagai media pengetahuan bahasa? .
Atau bahkan, tidak perlu menunggu solusi yang keluar dari mulut petinggi
negeri, cukup dengan inisiatif sendiri memajukan negeri ini.
Dalam
kacamata islam, sesungguhnya hal seperti ini sangatlah mudah diatasi. Bagaimana
tidak, semua permasalahan timbul dari setiap jiwa yang tidak tenang hatinya.
Kemudian, berkumpulah hati yang tidak tenang tersebut, sehingga menjadi sebuah
masalah besar, dan susah untuk diselesaikan.
Keyakinan yang sudah berurat dan mendarah daging dalam diri ini terkoyak
hanya dengan budaya kolonialisme, kapitalisme, dan yang paling terkenal adalah
liberalisme, yang sejatinya telah menjajah tanah air ini terdahulu. Merasuk pada idealisme, kemudaian perlahan
mengubah tingkah laku, moral, dan bersikap. Wajar jika semua pandangan tentang
pemuda saat ini hanyalah tentang keburukan. Apakah kita harus apatis dengan
budaya-budaya yang mempengaruhi kita? Tentu saja tidak. Pemuda merupakan “agent
of change” , tetapi agent of change yang diharapkan disini adalah change to the
better, bukan change to the worst. Moral
adalah salah satu sasaran perbaikan diri yang paling efektif, karena tanpa
moral, pemuda adalah hanya sebuah bola yang menggelinding tanpa arah. Ketika Moral bersumber dari segala sesuatu
yang maha baik, yaitu Allah swt, mengajak yang lain menuju kebaikan pun sangat
mudah, walaupun dengan melewati berbagai macam
tantangan.
Bahkan, Allah swt juga
memberikan pembicaraan khusus terhadap pemuda yang diabadikan dalam surat
al-Kahfi [18]: 13
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Ada hal yang menarik untuk dicermati dari ungkapan Allah swt dalam ayat di atas, dimana Allah menggunakan kata naba’ untuk menyebutkan cerita sekelompok pemuda penghuni goa (ashhâb al-kahf). Kata naba’ secara harfiyah berarti berita. Di dalam al-Qur’an kata Naba’ biasanya dipakai untuk menyebutkan berita-berita besar yang mengejutkan dan mengandung kehebatan. dalam al-Qur’an, salah satunya Allah swt gunakan untuk menyebutkan cerita sekelompok pemuda penghuni goa, seperti yang disebutkan dalam surat al-Kahfi [18]: 13. Hal itu mengandung sebuah isyarat bahwa pemuda adalah kelompok elit dalam masyarakat yang selalu menciptakan berita-berita besar yang mengejutkan sekaligus mencengangkan. Para pemuda adalah orang yang selalu membuat sensasi dan gebrakan serta perubahan yang menggemparkan. Bahkan, para pemuda adalah kelompok yang selalu ditakuti oleh para penguasa, seperti yang terjadi dengan pemuda penghuni goa (ashhâb al-kahf).
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Ada hal yang menarik untuk dicermati dari ungkapan Allah swt dalam ayat di atas, dimana Allah menggunakan kata naba’ untuk menyebutkan cerita sekelompok pemuda penghuni goa (ashhâb al-kahf). Kata naba’ secara harfiyah berarti berita. Di dalam al-Qur’an kata Naba’ biasanya dipakai untuk menyebutkan berita-berita besar yang mengejutkan dan mengandung kehebatan. dalam al-Qur’an, salah satunya Allah swt gunakan untuk menyebutkan cerita sekelompok pemuda penghuni goa, seperti yang disebutkan dalam surat al-Kahfi [18]: 13. Hal itu mengandung sebuah isyarat bahwa pemuda adalah kelompok elit dalam masyarakat yang selalu menciptakan berita-berita besar yang mengejutkan sekaligus mencengangkan. Para pemuda adalah orang yang selalu membuat sensasi dan gebrakan serta perubahan yang menggemparkan. Bahkan, para pemuda adalah kelompok yang selalu ditakuti oleh para penguasa, seperti yang terjadi dengan pemuda penghuni goa (ashhâb al-kahf).
Perjalanan sejarah
bangsa Indonesia telah membuktikan, bahwa betapa pemuda menjadi tonggak penentu
perjalanan sejarah bangsa ini. Mulai dari ide nasionalisme yang muncul dari
kalangan pemuda dan mereka juga yang mewujudkannya dalam bentuk organisasi kepemudaan
yang puncaknya adalah Budi Utomo dan kemudian melahirkan sumpah pemuda.
Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, merebutnya serta mempertahankanya
kembali, adalah dilakukan oleh para pemuda bangsa ini. Tumbangnya rezim orde
lama dan orde baru, juga dilakukan oleh para pemuda, begitulah seterusnya bahwa
perjalanan suatu bangsa adalah ditentukan oleh para pemudanya.
Itulah hakikat para pemuda, yang akan selalu menciptakan hal-hal-besar dan mengejutkan. Dan cerita itu akan selalu tercipta sepanjang masa sesuai bentuk pengungkapan Allah swt terhadap kata naqushshu (Kami ceritakan) yang diungkapkan dalam bentuk kata kerja masa kini dan akan datang serta berkelanjutan (fi’l al-mudhâri’). Akan tetapi, jika para pemuda suatu bangsa “diam seribu bahasa” melihat apa yang terjadi pada bangsanya, maka mereka bukanlah pemuda menurut al-Qur’an. Begitu juga, jika pemudanya tidak mampu menciptakan sesuatu yang besar bagi diri, masyarakat, dan bangsanya maka tentu mereka bukanlah pemuda seperti yang dimaksud al-Qur’an.
Itulah hakikat para pemuda, yang akan selalu menciptakan hal-hal-besar dan mengejutkan. Dan cerita itu akan selalu tercipta sepanjang masa sesuai bentuk pengungkapan Allah swt terhadap kata naqushshu (Kami ceritakan) yang diungkapkan dalam bentuk kata kerja masa kini dan akan datang serta berkelanjutan (fi’l al-mudhâri’). Akan tetapi, jika para pemuda suatu bangsa “diam seribu bahasa” melihat apa yang terjadi pada bangsanya, maka mereka bukanlah pemuda menurut al-Qur’an. Begitu juga, jika pemudanya tidak mampu menciptakan sesuatu yang besar bagi diri, masyarakat, dan bangsanya maka tentu mereka bukanlah pemuda seperti yang dimaksud al-Qur’an.
Begitu
Mulianya Pemuda dalam al-Qur’an, sampai-sampai pemuda sendiri pun lalai akan
tugasnya. Sebelum adanya teriakan Bung Tomo, sebelum di kumandangkannya jargon tentang
pemuda dan lainnya, sesungguhnya sudah diperintahkan dalam sebuah Al-qur’an
tentang seberapa besar pengaruh para pemuda. Jadi siapa yang harusnya
disalahkan? Pemuda atau Pemerintah?
Apakah sekarang salah jika sekelompok pemuda turun ke jalan, menciptakan
hal-hal besar untuk mengingatkan tugas pokok pemerintah yang sudah terlalaikan?
Atau lebih memilih mengangkat pena, dan menuliskan semua aspirasi dan kebenaran
? Jika para pemuda yang bersalah, maka introspeksi dirilah, sangat tidak etis
ketika kita menyalahi segala sesuatu disekitar kita yang sejatinya masalah
tersebut timbul dari diri kita sendiri, jika Aksi merupakan jalan terbaik maka beraksilah untuk negeri, ingatkan para
orang pikun tentang tugasnya pada negeri ini, dan jika memang dari sebuah
coretan pena seharga Rp.1000 lebih membuat setiap jiwa tertohok dengan karya
tulis untuk menguak kesadaran setiap kewajiban, maka menulislah. Sehingga penobatan
pahlawan untuk para pemuda mendatang bukanlah sebuah bayangan yang tak bisa
digapai, akan tetapi dapat disematkan dengan bangga di setiap jiwa pemuda.
Menginjak lembaran awal dengan memperbaiki akhlak, moral, serta sikap. Siapapun
akan merasa tertarik jika semua sudah di koneksikan dengan sang maha Kuasa.
Sang maha pemberi petunjuk.
Transformasi
tidak menunggu kata “nanti” untuk menjadi lebih baik. Tulisan ini pun tidak diperuntukkan untuk
pemuda-pemuda pecundang, bermental kerupuk, yang masih terkekeh diatas
kursinya. Tulisan ini diperuntukkan untuk pemuda yang memiliki jiwa bergerola
tanpa asa, sebagai mujahid bangsa dan agama untuk mengguncang dunia.
cerita Al Kahfi juga dijadikan org2 Yahudi & Nasrani sebagai cembuk pemacu semangat para pemudanya..
BalasHapusnice post salam kenal ya Tartillah.. semoga pemuda sekarang masih berjiwa muda sebenarnya seperti dulu, bukan pecundang,bermental kerupuk, yang masih terkekeh diatas kursi & yg menangisi kukunya tergores.. InsyaAllah
wah.. aku baru lihat komen mas syahru, hohoho ini essay yang gagal terkirim hahaha makanya di posting. Syukron sudah membaca haha
BalasHapus