Selasa, 07 Mei 2013

PROFESIONAL

Hai readers ( kalo ada ya sukur, kalo nggak ya.... udahh). Salam dulu sih biar barokah tulisan gue. Assalamualaikum wr.wb.

Mau curcol nih. Eh, maksud gue bukan curcol sih, sebenarnya gue cuma mau  minta pendapat aja (ngarep ada yang respon tulisan gue?.

___
Pernah gak lo merasa bosan dengan rutinitas lo? errrr Yup, itu yang gue rasain selama ini. RALAT, beberapa waktu belakangan ini. Bukan seperti ini tindakan seorang profesional, karena ini adalah pilihan gue. Ternyata seiring berjalannya waktu, gue baru menyadari gue itu jenis orang yang seperti apa. Di luar kebisaan gue yang suka ngupil dan baca komik, ternyata gue nggak suka di perintah dengan aturan sepihak terhadap hal yang nggak gue sukai, ternyata hal ini bakalan ngaruh kalo di implementasikan didalam kondisi akademis. Gila aja, lo ngga suka semua mata kuliah di kampus, ya nggak lulus-lulus ntar.

Sebenarnya itu hanya sebuah intermezo aja sih, enatah nanti ada hubungannya atau nggak dengan postingan yang akan gue jabarkan. Gue nggak sedang nantang setiap orang untuk menguak semua definisi, perngertian dari PROFESIONAL.

Ngomong-ngomong soal profesional, gue punya titik terang dari setiap orang yang mengatakan bahwa "setiap orang harus profesional di bidang masing-masing". itu berarti, yang kuliah kedokteran, jadilah dokter, yang kuliah hukum jadilah seorang penegak hukum dan lain-lain, ( AWAS, fakultas lain jangan ada yang anarkis). Kalo kata dosen gue yang kaya raya, punya kebon sawit berhektar-hektar, punya peternakan itik yang diurus sama bininya, dan suka menghina kita dan ngatain kita  semua dari dusun, beliau bilang  bahwa " Indonesia akan terus menjadi negara yang kesusahan karena penduduknya  tidak profesional dalam bidangnya" , sontak gue melek pas kelas itu, ketiduran gue soalnya. Realita sih, lulusan sarjana apaa aja, malah masuk bank.

Nggak, gue nggak nyalahin yang masuk bank. Nggak ada yang menyalahkan kalo mengatakan nggak ada duit untuk ngelanjutin sekolah, pun nggak ada yang melarang kalo nggak perlu menjadi seorang pegawai pemerintah untuk menjadi seorang profesional. Tapi kan sayang, sarjana lulusan kimia, eh malah masuk bank mandiri. Ilmu yang di beli 4 taon mahal-mahal di invest kemane cuyyy??....
Well, gue nggak begitu berani membicarakan hal ini terlalu jauhhh banget. Pasalnya apa? gue juga belom tau masa depan gue setelah jadi seorang sarjana gimana, cuma gue hanya bisa merencanakan segala sesuatunya yang dikatain sama temen gue kaya lagi terjun payung, alias ketinggian mimpi gue, bodo amat. Yang jelas secinta-cintanya gue sama anime, gue nggak pernah minat jadi dubber anime, walopun di tawarin untuk Anime One Piece, kalo bayarannya lebih gede dari profesi gue saat itu, bisalah hahah... #back_to_the_point

Dalam ISLAM juga mengajarkan segala halnya harus dilaksanakan dengan maksimal, apalagi sesuatu yang dicintai dengan kerelaan hati. wahhhhh, udah deh,  berkahnya Alloh ga bakal kemana-mana, rilek aja. Tapi kebanyakan yang gue lihat sebaliknya. Kalo kata-kata orang yang diskusi tentang peradaban islam di era modern dengan sekelumit konspirasi dan berbagai jenis hal-hal kebiasaan modern, islam saat ini mengalami keterpurukan. Kenapa? karena penduduk sebagian muka bumi penganut agama islam dijadikan sebagai objek kesenangan dunia oleh musuh-musuh islam. Cara untuk menyelesaikan atau mengantisipasinya gimana? datangin Justin Bieber versi orang muslim? bukannn. 1 kata : PROFESIONAL-lah dalam hal yang disukai. Profesional jadi dokter, pofesional jadi anggota pemeintah, bial perlu bisa aja jadi seorang pemimpin negara turki (karea mereka nggak ada ketentuan harus orang pribumi. WOW , mungkinkah anda presiden turki berikutnya?), serta profesional-profesional yang lain, berbisnis pun begitu, invest aja gede-gede, manfaatin fasilitas yang diciptakan musuh Alloh untuk menunjang amal ibadah kita, kaya masanya nabi ibahim make semua fasilitas fir'aun abis itu ngelawan fir'aun keekekeke.   kadangkala saking banyaknya hal yang harus diurus, ternyata melupakan kewajibannya menuntut ilmu.

Bidang sosial adalah yang paling sering begesekan dengan prinsip-prinsip Islam, pun nggak menutup kemungkinan semua aspek juga begitu. tapi yang TALK MORE biasanya anak sosial, jadi mereka sering banyak mengetahui berbagai macam hal teori-teori. Dan itu menjadi peluang muslim dalam lini sosial agar berorientasi terhadap pemeganagn pemerintahan kelak yang dijunjung tinggi oleh para umat islam. SEHARUSNYA CARA PIKIRNYA GITU. Realitanya adalah, udah sarjana malah, daganggg aja, nggak masalah sih tapi label major / fokus kita kemana???? wy, kemanaaa?  Gue rasa jangan putus hanya sampai dagang, seorang profesional sambil daganggg , nahh itu baru sangar. bukan lulus s1 jadi guru ngaji, tapi seorang profesional sarjana biologi sambil ngajar ngaji, beh mantep bener. apalagi kalo fokus akademiknya menunjang hobinya. Contohnya dosen gue yang kaya raya nih, yang suka ngata-ngatain kita miskin, mamen banget dia. Jadi gini, beliau itu udah lulusan s3, emang udah unggul banget sejak s1, ditarik jadi dosen, abis itu belom puas, dia merambah bisnis perkebunan dan lain-lain. Bayangin dia S3, kebon sawitnya dimana-mana, dan dia dosen apa? dia dosen Teknologi Industri. Bener-bener balance banget, ini yang namanya bener-bener profesional. Apalagi emang fokusnya untuk umat, behhhh.

Harta, kesempatan, kemampuan , keterbatasan dll, bukan halangan kita menjadi pofesional. Tergantung atas dasar kerelaan hati dan cinta terhadap bidang kita, maka semuanya ada jalan, kalo kata bokap gue "sekolah yang tinggi nak, ilmu Alloh itu luas, sebanyak lautan tinta yang dipakai untuk menuliskan ilmu Alloh, belum cukup untuk menulis ilmu Alloh yang lainnya" , yeah, beliau adalah salah satu motivasi gue menjadi seorang wanita yang tangguh, salah satunya mencapai  pendidikan yang tinggi, soalnya keluarga gue pendidikannya benar-benar berjenjang, jadi kayak anak tangga gitu haha.

Bosan sama rutinitas kuliah? organisasi? temen-temen? kerjaan? tahan dulu lah, sabarrrr, bentar lagi selesai :)) Ada Alloh yang rela mmbantu.
 WASSALAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ngutip ^^

Kisah Sahabat